MENGETAHUI PENGARUH DARI PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERKEMBANGAN
POPULASI PLANKTON
OLEH
:
NAMA
: ROMI ANDRIAN
NIM
: 09C10432053
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
TEUKU UMAR
MEULABOH
ACEH BARAT
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang
dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti
pergerakan/ arus air. Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis
plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini
dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat
berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata.
(TAHRIN, 2009).
Untuk pertumbuhan, ikan memerlukan protein dalam jumlah yang
besar. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk
meningkatkan produksi bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein
adalah bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan.
Agar kebutuhan ikan terpenuhi maka dapat dilakukan usaha budidaya perikanan.
Di Indonesia usaha budidaya ikan sampai saat ini sudah
memperlihatkan suatu keberhasilan dalam meningkatkan produksi ikan, hal ini
disebabkan tersedianya benih yang memadai baik kualitas maupun kuantitas yang
merupakan salah satu syarat untuk keberhasilan usaha budidaya ikan.
Salah satu masalah yang sampai saat ini masih merupakan
faktor penyebab utama dari kegagalan usaha budidaya perikanan adalah adanya
keterbatasan benih. Benih biasanya tidak sesuai dengan periode penebaran dan
pemanenan, selain itu jumlahnya tidak mencukupi dan harganya relatif mahal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dibangun balai benih ikan agar
dapat mensuplay benih ikan seperti yang diinginkan.
Kurangnya benih yang diperlukan untuk usaha budidaya dapat
disebabkan tingginya kematian benih pada tingkat fase larva, terutama pada saat
larva kehabisan kuning telur. Adapun salah satu usaha untuk mengatasi masalah
tersebut adalah pemberian makanan alami.
Zooplankton merupakan salah satu makanan alami terbaik bagi
anak ikan. Namun demikian tidak samua zooplankton bisa dijadikan makanan awal
yang baik. Adapun makanan alami yang akan digunakan haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut : 1) tidak mengandung racun, 2) mempunyai ukuran
yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan, 3) mempunyai nilai gizi yang tinggi
dan dapat dicerna oleh ikan, 4)terapung dan bergerak lambat sehingga mudah
diperoleh dan 5) harganya murah dan disenangi oleh ikan.
Makanan alami yang dijadikan makanan hidup bagi anak ikan
yang diambil langsung dari perairan umum kurang baik diberikan secara langsung
pada anak ikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya jenis parasit yang ikut
tertangkap. Untuk itu sebaiknya dilakukan kultur tanggal lebih dahulu, sehingga
makanan alami yang dikehendaki dapat tepat dalam jumlah dan waktu.
Untuk mendapatkan benih yang baik dan bermutu tinggi setiap
pembenihan sebaiknya mempelajari sifat dan tingkah laku ikan serta makanan
alami yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk menumbuhkan
makanan alami tersebut biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk yang murah di
dapatkan dan efesien. Salah satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk
kandang. Yang dimaksud dengan pupuk kandang adalah kotoran yang berasal dari
hewan ternak.
Selain pupuk
kandang dapat pula ditambahkan pupuk organik cair. Alasan menggunakan pupuk
organik cair karena dapat membantu menjaga kualitas air agar selalu dalam
kondisi baik selain itu mengandung minera-mineral, protein dan unsure hara yang
dapat menambah nutrisi untuk perkembangbiakan plankton.
1.2.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a) mengetahui pengaruh dari penambahan pupuk organik
cair pada perkembangan populasi plankton
serta untuk mengetahui dosis yang baik dan cocok untuk perkembangan populasi
plankton.
b) Mempelajari
komunitas plankton (fitoplamkton dan zooplankton) yang terdapat pada wadah
budidaya.
c) Mengukur dan
mengetahui kualitas air( Suhu, pH, DO) yang mempengaruhi komunitas plankton.
d) menambah
keterampilan dalam penggunaan mikroskop
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Plankton
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang
hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang
berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung
pada arus air, contohnya : ikan, cumi-cumi, paus dll. Bentos adalah biota yang
hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang di dasar laut,
contohnya : kerang, teripang, bintang laut, karang dll (WORDPRESS,
2009).
Menurut BORNFORTHESEA (2009), plankton
adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di daerah pelagik.
Namun demikian, ada juga plankton yang memiliki kemampuan renang cukup kuat
sehingga dapat melakukan migrasi harian.
Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan
disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah
plankton dari bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton
hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya
bergantung pada kecepatan arus (ADNAN, 2003).
2.2. Pengelompokan Plankton
a) Berdasarkan
Ukuran
Menurut MURWANI (2009), pengelompokkan
plankton berdasarkan ukuran, yaitu:
1.
Megaplankton : plankton dengan ukuran20-200 cm
2.
Makroplankton : plankton dengan ukuran 2-20 cm
3.
Mesoplankton : plankton dengan ukuran 0,2-20 mm
4.
Mikroplankton :
plankton dengan ukuran 20-200 µm
5.
Nanoplankton : plankton dengan ukuran 2-20 µm
6.
Pikoplankton
: plankton dengan ukuran kurang dari 2 µm
b) Berdasarkan Asal
Menurut HERAWATI (1984), berdasarkan
asalnya plankton dapat dibedakan menjadi :
·
Autogenik : plankton yang
berasal dari perairan itu sendiri
·
Allogenik :
plankton yang berasal dari perairan lain
Menurut SOFA (2006), berdasarkan
asal-usulnya, plankton dibedakan menjadi 2, yaitu:
Autoplankton
: plankton yang berasal dari habitat tersebut
Alloplankton
: plankton yang
berasal dari luar habitat tersebut
c) Berdasarkan
Siklus Hidup
Menurut HERAWATI (1984), plankton juga bisa
diklasifikasikan berdasarkan siklus hidup dari organism tersebut, yaitu :
Holoplankton :
Holoplankton adalah plankton yang seluruh hidup tidak pernah keluar dari
sifatnya sebagai plankton.
Meroplankton:
Meroplankton yaitu plankton yang mempunyai karakteristik hanya sementara saja
dari siklus hidupnya bersifat sebagai plankton.
Tikoplankton
:
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena
biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar sebagai bentos. Namun karena
gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara
sementara sebagai plankton.
d) Berdasarkan Sebaran
Horizontal
Plankton
neritik
Plankton
oseanik
e) Berdasarkan
Sebaran Vertical
Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yamh
hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100m.
Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang
hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m.
Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang
hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m. Termasuk dalam kelompok ini adalah
bathyplankton yang hidup pada kedalaman lebih dari 600m dan abyssoplankton yang
hidupdi lapisan yang paling dalam sampai 3000-4000m
f) Berdasarkan
Jenis Makanan
Menurut HERAWATI (1989), jenis plankton
berdasarkan makanannya di bagi 2, yaitu:
1.
Plankton tanaman atau nabati disebut
phytoplankton. Phytoplankton memiliki klorofil sehingga memungkinkan untuk
melakukan fotosintesis.
2.
Zooplankton terdiri dari plankton
yang makanannya bersifat holozoik, termasuk semua jenis plankton hewan.
Berdasarkan kemampuan memmbuat makanan, plankton digolongkan
menjadi 2 golongan utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
disebut juga plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung/melayang
dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Zooplankton ada yang hidup dipermukaan dan ada pula yang hidup
diperairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari
lapisan dalam kepermukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas
(netton) atau yang hidup (bentos) (ARIANTI, 1997 dalamASCONIWARA,
2009).
2.3. Klasifikasi Fitoplankton
a). Phylum Chlorophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri chlorophyta,
antara lain :
Berwarna
hijau karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
Kebanyakan
bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik sebagian besar yang
hidup di danau atau kolam bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yang
bersifat pelagik.
Dinding
sel sebagian dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
Sering
menyebabkan blooming perairan.
Hidup
melayang pada atau dekat permukaan air.
Hidup
secara koloni.
Jika
mati menghasilkan bau busuk.
Menurut ALVYANTO (2009), Chlorophyta
(ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat
eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat
dalam jumlah banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang
dimiliki adalah korotan dan Nantafil.
b). Phylum Cyanophyta
“ Blooming “ blue green algae biasanya terjadi danau atau
kolam yang sadah, spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan
spesies tertentu ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah.
Tapi pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun
ciri-cirinya yaitu :
1.
Ganggang hijau bersel satu
2.
Ganggang hijau biru berkoloni
3.
Ganggang hijau biru berfilamen
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri
Cyanophyta adalah :
·
Mengandung warna disebabkan oleh
klorofil dan kadang juga oleh pigmen sel serta reaksi warna oleh pseudaracuce.
·
Tidak mempunyai membran dan
nucleolus
·
Reproduksi secara aseksual.
·
Sering menyebabkan blooming
perairan.
·
Dinding sel terdiri dari lapisan
utama, bagian dalam dan luar
·
Hidup melayang-layang dekat
permukaan air
·
Hidup berkoloni
·
Jika mati menghasilkan bau busuk
c). Phylum Chrysophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri
Chrysophyta , yaitu :
·
Merupakan tanaman satu sel
·
Value mengandung silika
·
Reproduksi dengan sang pembelahan
sel dan pembentukan spesies
·
Reproduksi seksual dengan
pembentukan auxosphora
Chrysophyta / ganggang keasaman memiliki pigmen dominan
hasoter berupa klorofil yang memberikan warna keasaman. Pigmen lainnya adalah
yang uniseluler soliter (contohnya: ochromonas) ada juga yang berkoloni tidak
bertogillum dan ada juga yang multiseluler (Herawati,1989).
d). Phylum Rhodophyta
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri
Rhodophyta, antara lain :
Hidup
di laut
Tubuh
bersel banyak
Mengandung
pigmen pikoasilin
Bentuk
tubuh seperti rumput laut
Dalam sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur
berupa phyta/filament bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk
lembaran seperti porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat
mengapur misalnya Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi banyak
ganggang merah multikelula memuat koneksi (THE-X,2010).
e). Phylum Dinoflagelata
Phyrhophyta atau ganggang api disebut juga Dinoflagelata
karena memiliki alat gerak berupa flagella. Ganggang ini termasuk dalam calon
kingdom Alveolata dalam sistem klasifikasi tiga dominan. Ganggang ini umumnya
bersifat autotrof, namun ada sebagian spesies yang bersifat heterotrof
parasitic (Freaks,2010).
Menurut Sapri (2010), menyatakan bahwa Phyrhophyta berasal
dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada
di air segar. Phyrhophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autotropik
ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocytiza yang lain.
2.4. Klasifikasi Zooplankton
1. Phylum Rotifera
Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang
berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan bersel banyak(setiap species
memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini seringkali menempel di objek yang ada
dalam air,dengan mempergunakan “jari kaki”. Makanan rotifera berupa
mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar mulut terdapat silia yang tersusun
secara melingkar (MADICAL, 2010).
TIMOTHYMALAU (2009), menyatakan
bahwa rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara
40-2500mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas,
solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang
crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang jenis vaucheria dan
volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti merah atau coklat
disebabkan warna saluran pencernaan.
2. Phylum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin artinya:ruas,buku, segmen,
dan podos artinya:kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas ,
berbuku atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada pada tubuhnya. Tubuh
arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata (GURU, 2008).
BLACK (2010), menyatakan
bahwa ciri umum :kaki tampak seperti bersendi-sendi atau bersegmen –segmen;
segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas. Sebagian hewan itu
tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang berfungsi sebagai
rangka luar anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal penamaan arthropoda).
3. Phylum Copepoda
ZEVA (2010), menyatakan
bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil yang dapat ditemui dilaut dan hampir
semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber tersebar protein di
samudra. Copepoda termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5 mm
dan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan larva ikan.
SUTOMO (2003) dalam
Akuakultur (2008), copepoda laut jenis tirgropus brevicornis dapat hidup pada
kisaran salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10-40 ppt, namun pada
salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa copepoda dapat dikultur dari air laut dengan salinitas 25 – 30
ppt.
2.5. Parameter Kualitas Air dan Faktor yang
Mempengaruhi Kehidupan Plankton
1. Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya plankton berkisar antara
20-24 % walaupun hal ini dapat bervariasi dengan dekomposisi media budidaya dan
mikro alga toleran suhu 16-27 oC. Suhu dibawah 16 oC
dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan suhu 36 oC adalah
mematikan untuk beberapa jenis (Ekawati,2006).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim,
ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup
awan dan aliran serta kedalaman bahan air.
Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic.
Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang
disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom
akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC
(HASTUN dalam EFFENDI.2008).
2. pH
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9 dalam
kisaran yang optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan dalam budidaya algae dapat disebabkan
oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat
diatasi dengan penggunaan aerasi (EKAWATI,2005).
Menurut CHALIK (1988), pH adalah suatu
ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut,
apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14, dan pH 7 adalah
netral berarti air tidak bersidat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7
berarti asam dan bila diatas 7 berarti basa.
3. Kecerahan
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan bmemerangi.
Lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan
bertambahnyakejelasan peran yang penting dalam menentukan pertumbuhan
fitoplankton (RAMIMINTARTO,2001).
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya
partikel-partikel liat,lumpur, atau lainnya yang mengendap dan memisah nilai
guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahannya dan habitat sebagai
organism (Subarjanti,2005).
4. DO
Apabila sudah terjadi derisiensi oksigen dan kandungan
amoniak tinggi, maka seringkali menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti
zooplankton, benthos, maupun ikan yang hidup diperairan tersebut (SUBARDARI,2009).
Oksigen terarut (DO) merupakan parameter penting untuk
mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen(O2) sulit larut, tapi
dibutuhkan banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada
kehidupan tanaman dan binatang diperairan (SUTRISNO,2009).
BAB
III
BAHAN
DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum lapang Planktonologi dilaksanakan pada hari Minggu 3
Maret sampai dengan 20 Maret 2013,
bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas PertanianUniversitas Islam Riau.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Pupuk
kandang (Kotoran ayam dari BBi)
Pupuk
Organik Cair (Raja Ikan)
Air kolam
Bibit
plankton dari kolam BBI
Tissu
3.2.2. Peralatan
Wadah kultur
(toples berukuran 10 liter sebanyak 12 Buah)
Selang
aerasi
Keran aerasi
Batu aerasi
Lampu neon
Plankton net
Pipet tetes
pH meter
DO meter
Termometer
Gelas Ukur
Mikroskop
Objek n
Coverglass
3.3. Metode
3.1.3. Prosedur Penelitian
3.1.3.1 Persiapan Media
1.
Wadah kultur sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu
serta disterilkan dengan mencuci dengan air mendidih.
2.
Apabila sterilisasi telah selesai
dilakukan, wadah kultur tersebut disusun secara acak diatas meja.
3.
Toples kemudian diisi dengan air dari sumur bor
sebanyak 4,5 liter.
4.
Rebus pupuk kandang dengan dosis 3 gram per liter.
Untuk kultur plankton ukuran air 5 liter didapat :
3 gr x 5
liter x 12 toples = 180 gram
Perebusan pupuk yang akan digunakan adalah untuk membunuh
organisme penggangu yang terdapat dalam pupuk kandang yang akan digunakan.
Setelah dilakukan perebusan, dilanjutkan dengan pendinginan terhadap air
rebusan kotoran yang akan digunakan selama lebih kurang 15 menit.
5.
Tambahkan Pupuk Organik Cair Viterna dengan dosis yang
berbeda yaitu : 1 ml/lt ; 1,5 ml/lt ; dan 2 ml/lt masing-masing 3 kali
ulangan.
6.
Bibit plankton didapat dari air kolam BBI Fakultas
Pertaian Universitas Islam Riau.
3.3.1.2. Pelaksanaan
Air rebusan pupuk kandang tadi
dimasukkan kedalam wadah kultur (stoples) sebanyak 0,5 liter/wadah dan
diaerasi. Setelah itu masukkan bibit planton dari air kolam yang telah disaring
dengan plankton net ke dalam masing masing media kultur dengan volume yang
sama.
Pegamatan dilakukan selama 2 minggu setiap 2 atau 3 hari
sekali. Setiap pengamatan dicatat jenis dan jumlah kepadatan masing masing
perlakuan.
3.3.3. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air seperti oksigen terlarut dan pH diukur pada awal dan akhir penelitian.Untuk suhu diukur setiap hari selama penelitian.
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air seperti pH
diukur dengan mengunakan pH meter, suhu
diukur dengan termometer yang dilakukan pengukuranya sebanyak tiga kali dalam
satu hari yaitu pada pagi (08.00 Wib) , siang hari (12.00 Wib), dan sore hari
(17.00 Wib). Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan
DO meter.
BAB
ΙV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari
hasil praktikum didapat 9
jenis phytoplankton yaitu : Oscillatoria sp, Lyngbya sp, Mycrocystis
sp, Selenastrum
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perkembangan plankton
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang
hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya
terbatas sehingga mudah terbawa arus dan juga bergerak tergantung arus, plankton
bergera k hanya menggunakan tentakel-tentakel yang ada pada tubuhnya, dia
bergerak dengan cara memanjangkan dan memendekan tentakelnya.
Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan
disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah
plankton dari bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton
hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya
bergantung pada kecepatan arus (Adnan, 2003).
Bedasarkan hasil paktikum terhadap perkembangan plankton
dari tiga jenis pupuk kandang yaitu kotoran ayam , kotoran sapi dan kotoran
kambing, ternyata puncak populasi plankton tertinggi terdapat pada kotoran ayam
yang mencapai 20 jenis plankton yang terdiri dari 18 phytoplankton dan 2
zooplankton.
Pada kotoran sapi hanya terdapat 16 plakton saja yang
terdiri dari 11 jenis phytoplankton dan 5 jenis zooplankton, dan palakton yang
terdapat pada kotoran kambing hanya 15 jenis yang terdiri dari 12 jenis
phytoplankton dan 3 jenis zooplankton.
Apabila pemupukan dilakukan dengan kotoran ayam menghasilkan jumah plankton
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kotoran sapi yang jumlah planktonnya
hanya 16 jenis dan kotoran kambing yang jumlah planktonnya berjumlah 15 jenis.
Saat kita melakukan praktikum sebaiknya kita mengukur suhu,
pH dan amoniak pada masing- masing perlakuan yang terdapat pada tabel ΙV.4.
Suhu
|
Do
|
Ph
|
||
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
||
27
|
30°
|
25°
|
1
|
8
|
26°
|
28°
|
27°
|
1
|
|
24°
|
28°
|
26°
|
1
|
|
25°
|
30°
|
29°
|
1
|
|
26°
|
26°
|
31°
|
1
|
|
25°
|
28°
|
25°
|
1
|
|
25,5o
|
28,33o
|
27,16o
|
1
|
9
|
26°
|
30°
|
25°
|
1
|
9
|
26°
|
28°
|
27°
|
1
|
|
24°
|
29°
|
26°
|
1
|
|
25°
|
29°
|
30°
|
1
|
|
25°
|
27°
|
30°
|
1
|
|
25°
|
28°
|
26°
|
1
|
9
|
25,16o
|
28,5o
|
27,33o
|
1
|
|
27°
|
30°
|
26°
|
1
|
8
|
25°
|
28°
|
27°
|
1
|
|
25°
|
28°
|
26°
|
1
|
|
25°
|
28°
|
29°
|
1
|
|
26°
|
27°
|
29°
|
1
|
|
25°
|
29°
|
26°
|
1
|
9
|
25,5o
|
28,33o
|
27,16o
|
1
|
4.2.2. Kandungan Hara Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran
ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air
kencing (urine). Walaupun demikian sepertinya orang-orang sepertinya
enggan membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal ini
mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak.
Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing
ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak
berbeda-beda. Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan
yang diberikan banyal mengandung hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya
dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara
dalam kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar
harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat
hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya. berikut
komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak.
KOMPOSISI
UNSUR HARA KOTORAN DARI BERBAGAI JENIS TERNAK
Jenis Ternak
|
Kadar Hara (%)
|
|||
Nitrogen
|
Phospor
|
Kalium
|
air
|
|
Sapi
-
padat
-
cair
|
0.40
1.00
|
0.20
0.50
|
0.10
1.50
|
85
92
|
Kambing
-
padat
-
cair
|
0.60
1.50
|
0.30
0.13
|
0.17
1.80
|
60
85
|
Ayam
-
padat
-
cair
|
1.00
1.00
|
0.80
0.80
|
0.40
0.40
|
55
55
|
Selain mengandung 3 unsur di atas pupuk kandang
mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah
yang sangat sedikit. Dan sebaiknya saat kita membicarakan pupuk kandang,
janganlah kita terpatok pada kandungan haranya saja, namun lebih dari itu bahwa
pupuk kandang mempunyai kelebihan lain yaitu semakin memperbanyak dan
beragamnya bakteri positif tanah yang ada pada lahan kita, dimana bakteri
tersebut sebagian adalah bakteri penambat N, P dan K sehingga secara tidak
langsung bakteri-bakteri tersebut akan menyediakan unsur hara bagi tanaman
kita.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil paktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa plakton yang banyak terletak pada kotoran ayam, dan juga dapat
disimpulkan plankton yang berada di di dalam kototran ayam lebih banyak dari
pada kotoran sapi dan kambing.
5.2. Saran
Suapaya menghasilkan plankton yang lebih banyak di dalam
kolam kita sebaiknya kita mengunakan kotoran ayam dengan dosis 3 gr/ L . Tetapi
tidak ada salahnya juga mengunakan kotoran lain sebagai pupuk.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahniar. 1997. Identifikasi Rotifer dari Genus Brachionus Pada Beberapa Kolam Ikan
diKotamadya Pekanbaru. Skripsi.
Fakultas Pertanian Jurusan BudidayaPerairan
Universitas Islam Riau. 44 halaman.
Nurjanah. 1997. Pengaruh Pemberian
Kotoran Puyuh Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Perkembangan Populasi
Moina.sp. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan Universitas
Islam Riau. 49 halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar