Rabu, 02 Oktober 2013

MENGETAHUI PENGARUH DARI PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERKEMBANGAN POPULASI PLANKTON


OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN

NIM : 09C10432053






FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT

2010




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata. (TAHRIN, 2009).
Untuk pertumbuhan, ikan memerlukan protein dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein adalah bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan. Agar kebutuhan ikan terpenuhi maka dapat dilakukan usaha budidaya perikanan.
Di Indonesia usaha budidaya ikan sampai saat ini sudah memperlihatkan suatu keberhasilan dalam meningkatkan produksi ikan, hal ini disebabkan tersedianya benih yang memadai baik kualitas maupun kuantitas yang merupakan salah satu syarat untuk keberhasilan usaha budidaya ikan.
Salah satu masalah yang sampai saat ini masih merupakan faktor penyebab utama dari kegagalan usaha budidaya perikanan adalah adanya keterbatasan benih. Benih biasanya tidak sesuai dengan periode penebaran dan pemanenan, selain itu jumlahnya tidak mencukupi dan harganya relatif mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dibangun balai benih ikan agar dapat mensuplay benih ikan seperti yang diinginkan.
Kurangnya benih yang diperlukan untuk usaha budidaya dapat disebabkan tingginya kematian benih pada tingkat fase larva, terutama pada saat larva kehabisan kuning telur. Adapun salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian makanan alami.
Zooplankton merupakan salah satu makanan alami terbaik bagi anak ikan. Namun demikian tidak samua zooplankton bisa dijadikan makanan awal yang baik. Adapun makanan alami yang akan digunakan haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tidak mengandung racun, 2) mempunyai ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan, 3) mempunyai nilai gizi yang tinggi dan dapat dicerna oleh ikan, 4)terapung dan bergerak lambat sehingga mudah diperoleh dan  5) harganya murah dan disenangi oleh ikan.
Makanan alami yang dijadikan makanan hidup bagi anak ikan yang diambil langsung dari perairan umum kurang baik diberikan secara langsung pada anak ikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya jenis parasit yang ikut tertangkap. Untuk itu sebaiknya dilakukan kultur tanggal lebih dahulu, sehingga makanan alami yang dikehendaki dapat tepat dalam jumlah dan waktu.
Untuk mendapatkan benih yang baik dan bermutu tinggi setiap pembenihan sebaiknya mempelajari sifat dan tingkah laku ikan serta makanan alami yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk menumbuhkan makanan alami tersebut biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk yang murah di dapatkan dan efesien. Salah satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk kandang. Yang dimaksud dengan pupuk kandang adalah kotoran yang berasal dari hewan ternak.
Selain pupuk kandang dapat pula ditambahkan pupuk organik cair. Alasan menggunakan pupuk organik cair karena dapat membantu menjaga kualitas air agar selalu dalam kondisi baik selain itu mengandung minera-mineral, protein dan unsure hara yang dapat menambah nutrisi untuk perkembangbiakan plankton.

1.2.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
a)        mengetahui pengaruh dari penambahan pupuk organik cair pada perkembangan populasi plankton serta untuk mengetahui dosis yang baik dan cocok untuk perkembangan populasi plankton.
b)        Mempelajari komunitas plankton (fitoplamkton dan zooplankton) yang terdapat pada wadah budidaya.
c)        Mengukur dan mengetahui kualitas air( Suhu, pH, DO) yang mempengaruhi komunitas plankton.
d)       menambah keterampilan dalam penggunaan mikroskop




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian Plankton
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi-cumi, paus dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang di dasar laut, contohnya : kerang, teripang, bintang laut, karang dll (WORDPRESS, 2009).
Menurut BORNFORTHESEA (2009), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di daerah pelagik. Namun demikian, ada juga plankton yang memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian.
Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (ADNAN, 2003).

2.2.  Pengelompokan Plankton
a)        Berdasarkan Ukuran
Menurut MURWANI (2009), pengelompokkan plankton berdasarkan ukuran, yaitu:
1.                  Megaplankton             : plankton dengan ukuran20-200 cm
2.                  Makroplankton            : plankton dengan ukuran 2-20 cm
3.                  Mesoplankton              : plankton dengan ukuran 0,2-20 mm
4.                  Mikroplankton             : plankton dengan ukuran 20-200 µm
5.                  Nanoplankton              : plankton dengan ukuran 2-20 µm
6.                  Pikoplankton                : plankton dengan ukuran kurang dari 2 µm
b)        Berdasarkan Asal
Menurut HERAWATI (1984), berdasarkan asalnya plankton dapat dibedakan menjadi :
·                     Autogenik   : plankton yang berasal dari perairan itu sendiri
·                     Allogenik     : plankton yang berasal dari perairan lain
Menurut SOFA (2006), berdasarkan asal-usulnya, plankton dibedakan menjadi 2, yaitu:
      Autoplankton          : plankton yang berasal dari habitat tersebut
      Alloplankton           : plankton yang berasal dari luar habitat tersebut
c)        Berdasarkan Siklus Hidup
Menurut HERAWATI (1984), plankton juga bisa diklasifikasikan berdasarkan siklus hidup dari organism tersebut, yaitu :
            Holoplankton :
Holoplankton adalah plankton yang seluruh hidup tidak pernah keluar dari sifatnya sebagai plankton.
            Meroplankton:
Meroplankton yaitu plankton yang mempunyai karakteristik hanya sementara saja dari siklus hidupnya bersifat sebagai plankton.
            Tikoplankton :
Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.
d)       Berdasarkan Sebaran Horizontal
            Plankton neritik
            Plankton oseanik
e)         Berdasarkan Sebaran Vertical
            Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yamh hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100m.
            Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m.
            Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m. Termasuk dalam kelompok ini adalah bathyplankton yang hidup pada kedalaman lebih dari 600m dan abyssoplankton yang hidupdi lapisan yang paling dalam sampai 3000-4000m
f)         Berdasarkan Jenis Makanan
Menurut HERAWATI (1989), jenis plankton berdasarkan makanannya di bagi 2, yaitu:
1.                  Plankton tanaman atau nabati disebut phytoplankton. Phytoplankton memiliki klorofil sehingga memungkinkan untuk melakukan fotosintesis.
2.                  Zooplankton terdiri dari plankton yang makanannya bersifat holozoik, termasuk semua jenis plankton hewan.
Berdasarkan kemampuan memmbuat makanan, plankton digolongkan menjadi 2 golongan utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton disebut juga plankton nabati adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung/melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Zooplankton ada yang hidup dipermukaan dan ada pula yang hidup diperairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam kepermukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (netton) atau yang hidup (bentos) (ARIANTI, 1997 dalamASCONIWARA, 2009).

2.3.  Klasifikasi Fitoplankton
a). Phylum Chlorophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri chlorophyta, antara lain :
         Berwarna hijau karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
         Kebanyakan bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik sebagian besar yang hidup di danau atau kolam bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yang bersifat pelagik.
         Dinding sel sebagian dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
         Sering menyebabkan blooming perairan.
         Hidup melayang pada atau dekat permukaan air.
         Hidup secara koloni.
         Jika mati menghasilkan bau busuk.
Menurut ALVYANTO (2009), Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah korotan dan Nantafil.
b). Phylum Cyanophyta
“ Blooming “ blue green algae biasanya terjadi danau atau kolam yang sadah, spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan spesies tertentu ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tapi pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya yaitu :
1.                  Ganggang hijau bersel satu
2.                  Ganggang hijau biru berkoloni
3.                  Ganggang hijau biru berfilamen
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Cyanophyta adalah :
·                     Mengandung warna disebabkan oleh klorofil dan kadang juga oleh pigmen sel serta reaksi warna oleh pseudaracuce.
·                     Tidak mempunyai membran dan nucleolus
·                     Reproduksi secara aseksual.
·                     Sering menyebabkan blooming perairan.
·                     Dinding sel terdiri dari lapisan utama, bagian dalam dan luar
·                     Hidup melayang-layang dekat permukaan air
·                     Hidup berkoloni
·                     Jika mati menghasilkan bau busuk
c). Phylum Chrysophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri Chrysophyta , yaitu :
·                     Merupakan tanaman satu sel
·                     Value mengandung silika
·                     Reproduksi dengan sang pembelahan sel dan pembentukan spesies
·                     Reproduksi seksual dengan pembentukan auxosphora
Chrysophyta / ganggang keasaman memiliki pigmen dominan hasoter berupa klorofil yang memberikan warna keasaman. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler soliter (contohnya: ochromonas) ada juga yang berkoloni tidak bertogillum dan ada juga yang multiseluler (Herawati,1989).
d). Phylum Rhodophyta
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Rhodophyta, antara lain :
         Hidup di laut
         Tubuh bersel banyak
         Mengandung pigmen pikoasilin
         Bentuk tubuh seperti rumput laut
Dalam sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur berupa phyta/filament bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk lembaran seperti porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat mengapur misalnya Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi banyak ganggang merah multikelula memuat koneksi (THE-X,2010).
e). Phylum Dinoflagelata
Phyrhophyta atau ganggang api disebut juga Dinoflagelata karena memiliki alat gerak berupa flagella. Ganggang ini termasuk dalam calon kingdom Alveolata dalam sistem klasifikasi tiga dominan. Ganggang ini umumnya bersifat autotrof, namun ada sebagian spesies yang bersifat heterotrof parasitic (Freaks,2010).
Menurut Sapri (2010), menyatakan bahwa Phyrhophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Phyrhophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autotropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.

2.4.  Klasifikasi Zooplankton
1.      Phylum Rotifera
Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan bersel banyak(setiap species memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini seringkali menempel di objek yang ada dalam air,dengan mempergunakan “jari kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (MADICAL, 2010).
TIMOTHYMALAU (2009), menyatakan bahwa rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2500mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang jenis vaucheria dan volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.
2.      Phylum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin artinya:ruas,buku, segmen, dan podos artinya:kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas , berbuku atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada pada tubuhnya. Tubuh arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata (GURU, 2008).
BLACK (2010), menyatakan bahwa ciri umum :kaki tampak seperti bersendi-sendi atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas. Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal penamaan arthropoda).
3.      Phylum Copepoda
ZEVA (2010), menyatakan bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil yang dapat ditemui dilaut dan hampir semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber tersebar protein di samudra. Copepoda termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5 mm dan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan larva ikan.
SUTOMO (2003) dalam Akuakultur (2008), copepoda laut jenis tirgropus brevicornis dapat hidup pada kisaran salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10-40 ppt, namun pada salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain menyatakan bahwa copepoda dapat dikultur dari air laut dengan salinitas 25 – 30 ppt.

2.5.  Parameter Kualitas Air dan Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton
1.      Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya plankton berkisar antara 20-24 % walaupun hal ini dapat bervariasi dengan dekomposisi media budidaya dan mikro alga toleran suhu 16-27 oC. Suhu dibawah 16 oC dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan suhu 36 oC adalah mematikan untuk beberapa jenis (Ekawati,2006).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan air.
Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC (HASTUN dalam EFFENDI.2008).

2.      pH
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9  dalam kisaran yang optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan dalam budidaya algae dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (EKAWATI,2005).
Menurut CHALIK (1988), pH adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut, apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14, dan pH 7 adalah netral berarti air tidak bersidat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7 berarti asam dan bila diatas 7 berarti basa.

3.      Kecerahan
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan bmemerangi. Lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnyakejelasan peran yang penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (RAMIMINTARTO,2001).
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat,lumpur, atau lainnya yang mengendap dan memisah nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahannya dan habitat sebagai organism (Subarjanti,2005).

4.      DO
Apabila sudah terjadi derisiensi oksigen dan kandungan amoniak tinggi, maka seringkali menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton, benthos, maupun ikan yang hidup diperairan tersebut (SUBARDARI,2009).
Oksigen terarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen(O2) sulit larut, tapi dibutuhkan banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan binatang diperairan (SUTRISNO,2009).


BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum lapang Planktonologi dilaksanakan pada hari Minggu 3 Maret sampai dengan 20 Maret 2013, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas PertanianUniversitas Islam Riau.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
         Pupuk kandang (Kotoran ayam dari BBi)
         Pupuk Organik Cair (Raja Ikan)
         Air kolam
         Bibit plankton dari kolam BBI
         Tissu
3.2.2. Peralatan
         Wadah kultur (toples berukuran 10 liter sebanyak 12 Buah)
         Selang aerasi
         Keran aerasi
         Batu aerasi
         Lampu neon
         Plankton net
         Pipet tetes
         pH meter
         DO meter
         Termometer
         Gelas Ukur
         Mikroskop
         Objek n Coverglass
3.3. Metode
3.1.3. Prosedur Penelitian
3.1.3.1 Persiapan Media
1.                  Wadah kultur sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu serta disterilkan dengan mencuci dengan air mendidih.
2.                  Apabila sterilisasi telah selesai dilakukan, wadah kultur tersebut disusun secara acak diatas meja.
3.                  Toples kemudian diisi dengan air dari sumur bor sebanyak 4,5 liter.
4.                  Rebus pupuk kandang dengan dosis 3 gram per liter. Untuk kultur plankton ukuran air 5 liter didapat :
3 gr x 5 liter x 12 toples = 180 gram
Perebusan pupuk yang akan digunakan adalah untuk membunuh organisme penggangu yang terdapat dalam pupuk kandang yang akan digunakan. Setelah dilakukan perebusan, dilanjutkan dengan pendinginan terhadap air rebusan kotoran yang akan digunakan selama lebih kurang 15 menit.
5.                  Tambahkan Pupuk Organik Cair Viterna dengan dosis yang berbeda  yaitu : 1 ml/lt ; 1,5 ml/lt ; dan 2 ml/lt masing-masing 3 kali ulangan.
6.                  Bibit plankton didapat dari air kolam BBI Fakultas Pertaian Universitas Islam Riau.

3.3.1.2. Pelaksanaan
            Air rebusan pupuk kandang tadi dimasukkan kedalam wadah kultur (stoples) sebanyak 0,5 liter/wadah dan diaerasi. Setelah itu masukkan bibit planton dari air kolam yang telah disaring dengan plankton net ke dalam masing masing media kultur dengan volume yang sama.
Pegamatan dilakukan selama 2 minggu setiap 2 atau 3 hari sekali. Setiap pengamatan dicatat jenis dan jumlah kepadatan masing masing perlakuan.

3.3.3. Parameter Kualitas Air     
            Parameter kualitas air seperti oksigen terlarut dan pH diukur pada awal dan akhir penelitian.Untuk suhu diukur setiap hari selama penelitian.
            Adapun alat yang digunakan untuk mengukur parameter kualitas air seperti pH diukur dengan mengunakan pH meter, suhu diukur dengan termometer yang dilakukan pengukuranya sebanyak tiga kali dalam satu hari yaitu pada pagi (08.00 Wib) , siang hari (12.00 Wib), dan sore hari (17.00 Wib). Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter.


BAB ΙV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Dari hasil  praktikum  didapat 9 jenis phytoplankton yaitu : Oscillatoria sp, Lyngbya sp, Mycrocystis sp, Selenastrum

4.2. Pembahasan
4.2.1. Perkembangan plankton
          Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus dan juga bergerak tergantung arus, plankton bergera k hanya menggunakan tentakel-tentakel yang ada pada tubuhnya, dia bergerak dengan cara memanjangkan dan memendekan tentakelnya.
Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (Adnan, 2003).
Bedasarkan hasil paktikum terhadap perkembangan plankton dari tiga jenis pupuk kandang yaitu kotoran ayam , kotoran sapi dan kotoran kambing, ternyata puncak populasi plankton tertinggi terdapat pada kotoran ayam yang mencapai 20 jenis plankton yang terdiri dari 18 phytoplankton dan 2 zooplankton.
Pada  kotoran sapi hanya terdapat 16 plakton saja yang terdiri dari 11 jenis phytoplankton dan 5 jenis zooplankton, dan palakton yang terdapat pada kotoran kambing hanya 15 jenis yang terdiri dari 12 jenis phytoplankton dan 3 jenis zooplankton.
            Apabila pemupukan dilakukan dengan kotoran ayam menghasilkan jumah plankton yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kotoran sapi yang jumlah planktonnya hanya 16 jenis dan kotoran kambing yang jumlah planktonnya berjumlah 15 jenis.
Saat kita melakukan praktikum sebaiknya kita mengukur suhu, pH dan amoniak pada masing- masing perlakuan yang terdapat pada tabel ΙV.4.
Suhu
Do
Ph
Pagi
Siang
Sore
27
30°
25°
       1
8
26°
28°
27°
       1
24°
28°
26°
       1
25°
30°
29°
       1
26°
26°
31°
       1
25°
28°
25°
       1
25,5o
28,33o
27,16o
       1
9
26°
30°
25°
       1
9
26°
28°
27°
       1
24°
29°
26°
       1
25°
29°
30°
       1
25°
27°
30°
       1
25°
28°
26°
       1
9
25,16o
28,5o
27,33o
       1
27°
30°
26°
       1
8
25°
28°
27°
       1
25°
28°
26°
       1
25°
28°
29°
       1
26°
27°
29°
       1
25°
29°
26°
       1
9
25,5o
28,33o
27,16o
       1


4.2.2. Kandungan Hara Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine).  Walaupun demikian sepertinya orang-orang sepertinya enggan membicarakan kotoran cair yang berupa urine ternak. Dalam hal ini mengumpulkan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak. Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces.
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri.  Makanan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan banyal mengandung hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya. berikut komposisi unsur hara kotoran dari berbagai jenis ternak.

KOMPOSISI UNSUR HARA KOTORAN DARI BERBAGAI JENIS TERNAK
Jenis Ternak
Kadar Hara (%)
Nitrogen
Phospor
Kalium
air
Sapi
-         padat
-         cair

0.40
1.00

0.20
0.50

0.10
1.50

85
92
Kambing
-         padat
-         cair

0.60
1.50

0.30
0.13

0.17
1.80

60
85
Ayam
-         padat
-         cair

1.00
1.00

0.80
0.80

0.40
0.40

55
55
Selain mengandung 3 unsur di atas  pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Dan sebaiknya saat kita membicarakan pupuk kandang, janganlah kita terpatok pada kandungan haranya saja, namun lebih dari itu bahwa pupuk kandang mempunyai kelebihan lain yaitu semakin memperbanyak dan beragamnya bakteri positif tanah yang ada pada lahan kita, dimana bakteri tersebut sebagian adalah bakteri penambat N, P dan K sehingga secara tidak langsung bakteri-bakteri tersebut akan menyediakan unsur hara bagi tanaman kita.      


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Dari hasil paktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa plakton yang banyak terletak pada kotoran ayam, dan juga dapat disimpulkan plankton yang berada di di dalam kototran ayam lebih banyak dari pada kotoran sapi dan kambing.

5.2. Saran
            Suapaya menghasilkan plankton yang lebih banyak di dalam kolam kita sebaiknya kita mengunakan kotoran ayam dengan dosis 3 gr/ L . Tetapi tidak ada salahnya juga mengunakan kotoran lain sebagai pupuk.


DAFTAR PUSTAKA

Dahniar. 1997. Identifikasi Rotifer dari Genus Brachionus Pada Beberapa Kolam Ikan diKotamadya Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan BudidayaPerairan Universitas Islam Riau. 44 halaman.
Nurjanah. 1997. Pengaruh Pemberian Kotoran Puyuh Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Perkembangan Populasi Moina.sp. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan Universitas Islam Riau. 49 halaman.